Tutorial Cryptohero Lengkap Bahasa Indonesia | Cryptocurrency Indonesia

Pertemuan 1 (Asal Usul dan Panggilan Umat Allah)

Drs. AZ. JAFFRIE, BA

ASAL- USUL DAN PANGGILAN UMAT ALLAH

A.   Latar Belakang Alkitab, Kejadian 12:1-3 dan Keluaran 19:1-6
Apabila kita membicarakan tentang orang Kristen atau warga Gereja, kita sebenarnya berbicara tentang “laos” (bahasa Yunani), yakni umat Allah. Buku Kejadian dan Keluaran dalam Alkitab menguraikan asal-usul umat Allah dan panggilan umat tersebut. Tentu dapat saja kita menelusuri asal-usul dari kisah penciptaan dalam buku Kejadian, karena semua ini termasuk dalam rencana Allah ketika menciptakan langit dan bumi. Tetapi dipandang dari sudut sejarah, adalah lebih tepat kalau kita memulai dari panggilan Abraham dan perjanjian di gunung Sinai. Untuk itu kita perlu membuka Alkitab dan membaca Kejadian 12:1-3 dan Keluaran 19:1-6.

1.     Umat Musafir yang Mengembara.
Abraham diharuskan menjadi musafir untuk menjadi orang pilihan Allah dan leluhur segala orang percaya. Pada awal pengembaraannya, sebanyak tiga kali ia “dipanggil keluar”.
Pertama, keluar dari kampung halamannya. Kedua, keluar dari adat istiadatnya (kebudayaannya). Dan ketiga, keluar dari kaum kerabatnya.
Kita dapat melihat persamaannya pada umat Israel. Pada waktu itu mereka masih merupakan masyarakat yang mengembara dan tinggal di tenda-tenda di padang gurun. Dalam perjalanan mereka dari Mesir, umat Israel tiba di gunung Sinai yang berada di tengah-tengah padang gurun, namun merupakan tempat Allah menyatakan diri. Patut diperhatikan disini bahwa dalam Alkitab padang gurun sering dianggap sebagai tempat berdoa, disamping dianggap tempat pencobaan, bahwa seseorang tergantung sepenuhnya pada pimpinan dan rahmat Allah.
Dalam buku Keluaran dikisahkan bagaimana umat Israel berjalan meninggalkan Mesir menuju Tanah Kanaan, yakni “tanah perjanjian” itu. Mereka digambarkan sebagai Musafir yang mengembara, artinya tidak menetap di suatu tempat. Itulah sebabnya mereka tinggal di kemah-kemah.
Orang Kristen dan Gereja mempunyai sifat yang sama. Kita umat pengembara yang meninggalkan “tanah perjanjian”, yakni dunia yang dikuasai oleh kekuatan-kekuatan dan penguasaan penguasa-penguasa gelap. Dan kita sedang menuju “tanah perjanjian”, yakni Kerajaan Allah (bandingkan dengan 1 Petrus 2:11).
Sebab itu kita akan menetap di dunia ini. “Tanah air kita ada di Surga” (Filipi 3:20), haruslah diingat selama kita berada di dunia ini, kita menjadi warga Negara tempat kita hidup. Jadi, keadaan kita adalah seperti yang dinyatakan oleh Tuhan Yesus dalam doa-Nya, “di dalam dunia, tetapi bukan dari dunia ini” (Yohanes 17:11,14).

2.     Rahasia dari Pemilihan
Ketika umat Israel mengalami hal-hal yang disinggung di muka, di dunia ini banyak bangsa kebudayaan yang sangat terkenal, antara lain Mesir, Assur, Tiongkok, sedangkan bangsa Israel hanyalah bangsa kecil, yang bukan saja tidak terkenal, tetapi juga lemah secara ekonomis. Di sini patut dipertanyakan, mengapa Allah memilih umat kecil ini bukan lewat umat kecil ini bukan lewat umat Israel Allah memilih orang Kristen?
Boleh dikatakan bahwa umat Israel dipilih karena janji yang diberikan kepada Abraham, (Kejadian 12:2). Tetapi dengan mengatakan ini, kita sebenarnya mengelakkan pertanyaan di atas. Sebab kita tidak tahu mengapa Tuhan memberikan janji itu kepada Abraham, dan bukan kepada orang lain. Kitapun tidak mengetahui dengan pasti tentang Abraham sebelum pemanggilannya itu, bahkan kita tidak tahu secara pasti, apakah seorang ‘yang baik atau yang buruk’, saleh atau tidak, sebelum pemanggilannya.
Jawaban terhadap pertanyaan tadi akan tetap merupakan suatu rahasia Allah, oleh karena itu kita tidak dapat dan tidak akan sanggup membuka tabir rahasia tersebut. Alkitab memang memberikan suatu petunjuk kecil yang dijumpai dalam Ulangan 7:7 “bukan karena lebih banyak jumlahmu dari bangsa manapun juga, maka hati Tuhan terpikat olehmu dan memilih kamu, bukanlah kamu ini yang paling kecil dari segala bangsa?” (bandingkan juga dengan 1 Korintus 1:26 dan seterusnya).

3.     Kekhasan Umat Allah
Walaupun kita tidak dapat mengetahui dengan sesungguhnya mengapa umat Israel dan Gereja telah dipilih oleh Allah, namun Alkitab menjelaskan bahwa justru karena pemilihan inilah, maka umat Israel dan gereja mempunyai Kekhasan. Kekhasan ini tidaklah disebabkan oleh kebaikan kita, atau oleh kekhasan kita, ataupun apa saja yang mungkin kita miliki. Kekhasan ini timbul dari Perjanjian Anugerah Allah (Keluaran 19:5). Umat Israel dan Gereja adalah Umat perjanjian Allah.
Apa arti perjanjian tadi dapat kita pahami dengan membandingkannya dengan perjanjian dalam pernikahan. Ketika sang suami memilih istri (atau sebaliknya), sesuatu yang bersifat rahasia telah terjadi. Sang suami tentunya tidak dapat berkata bahwa istrinya adalah sungguh-sungguh wanita yang terbaik, terpandai, dan tercantik dari semua wanita di atas dunia. Namun demikian, bagi sang suami wanita tadi pastilah merupakan kekasih hatinya dan tidak dapat digantikan oleh wanita lain. Itulah sebabnya dengan segala resiko yang bisa terjadi, dan yang semuanya mau ditanggung bersama, maka suami-istri dikukuhkan dalam suatu ikatan perjanjian pernikahan.
Dengan cara yang lebih ajaib umat Israel dan orang-orang Kristen telah menjadi orang-orang yang dikasihi Allah (Ulangan 7:8). Allah telah mengambil resiko yang dahsyat dengan mengikatkan Diri-Nya dan pernyataan-Nya melalui Perjanjian Anugerah itu dengan umat Israel dan kita orang-orang Kristen.
Tentu saja itu tidaklah berarti bahwa orang-orang Kristen adalah lebih baik dari orang-orang lain. Bukan kita yang menjumpai Allah, tetapi Allah-lah yang mengantar kita kepada-Nya (bandingkan dengan Keluaran 19:4). Tegasnya, kekhasan kita terletak sepenuhnya pada pemilihan Allahyang penuh rahasia itu dan Perjanjian Anugerah-Nya. Namun hubungan yang khas antara Allah dengan umat-Nya tidaklah meniadakan hubungan Allah dengan bangsa-bangsa lain : “kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi” (Keluaran 19:5).

4.     Hubungan yang baru dengan Allah
Kakhasan yang baru saja kita bicarakan tadi sungguh-sungguh merupakan unsur yang sangat menentukan dalam hubungan umat Allah dengan Allah yang mereka percayai. Ciri utama dari hubungan ini dinyatakan melalui ketaatan, seperti yang tercatat dalam Keluaran 19:5 (“jika kamu sungguh-sungguh mendengar firmanku”). Juga ini diungkapkan melalui janji Allah : “Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan iman dan bangsa yang kudus” (Keluaran 16:6). Janji ini dikukuhkan dalam perjanjian baruseperti yang dicatat dalam 1 Petrus 2:9.
Ayat dari 1 Petrus diatas merupakan dasar bagi ajaran tentang imamat dan orang-orang percaya. Ayat tersebut mengungkapkan bukan hanya ketaatan terhadap kehendak Allah dan kesucian itu berhubungan erat satu dengan yang lain, tetapi juga menjelaskan mengenai inti panggilan kita, yakni:
·        Kita adalah umat yang berjabatan iman dari raja segala raja;
·        Kita ditempatkan di dunia ini untuk mempersembahkan kepada Allah semua kebutuhan, kekecewaan, dan kemuliaan dunia ini;
·        Dan agar supaya memperlakukan keadilan, janji dan berkat Allah di dunia ini.
Oleh sebab itulah, maka Allah memilih umat Israel dan menjadikan gereja ada, sebagai ungkapan kasih Allah bagi dunia ini.


5.     Hubungan yang Baru dengan Dunia
Kekhasan umat Allah juga berarti bahwa ada hubungan yang baru dengan dunia. Hal ini jelas diungkapkan dalam kejadian 12:3, “Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan olehmu semua kamu di muka bumi akan mendapat berkat”. Melalui Abraham dan orang-orang percaya, dunia ini didorong untuk mengambil suatu keputusan yang sangat menentukan: apakah ia memberkati atau melaknani umat Allah? Dengan kata lain, diberkatinya dunia ini tergantung banyak dari cara dunia ini memperlakukan Abraham dan keturunannya, yakni umat Allah itu.
Dalam kerangka pemahaman inilah kita perlu menghayati fungsi dan peranan yang penting dari gereja dalam masyarakat. Terlepasnya dari kenyataan bahwa gereja dan warganya mungkin jumlahnya kecil, atau mungkin kehidupanya lemah, namun gereja tidk boleh merasa seakan-akan tidak mempunyai arti atau peran bagi dunia ini. Berdasarkan asal-usul dan panggilannya, paling tidak umat Allah haruslah mawas diri terhadap segala sesuatu yang terjadi di sekitar mereka. Apakah orang-orang dan kehidupan mereka sungguh-sungguh mencerminkan ketaatan mereka kepada Allah atau sebaliknya?
Olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat” (Kejadian 12:3). Walaupun Alkitab tidak menutup-nutupi adanya kemungkinan kebinasaan, namun secara gambling Alkitab mewartakan bahwa maksud utama Allah ialah mengusahakan berkat dan keselamatan bagi manusia. Sebagai umat-Nya, kita pun harus menjadi berkat bagi dunia ini.

Komentar